Selasa, Desember 23, 2025

Tanpa Kita Sadar, Ahmad Dhani Adalah Potret Kita Semua

Jakarta – Rapat Komisi X DPR RI pada Rabu (5/3/2025) yang membahas isu naturalisasi pemain bola tiba-tiba memanas seperti pertandingan final Piala Dunia. Hal ini terjadi setelah Ahmad Dhani, anggota DPR yang juga musisi, melemparkan usulan yang langsung bikin heboh.

Ahmad dhani mengusulkan agar pemain yang dinaturalisasi sebaiknya memiliki fisik yang lebih “Indonesia banget.” Ia menegaskan, “Kurangilah pemain yang bule, rambut pirang, dan mata biru. Menurut saya, itu kurang enak dilihat. Lebih baik cari yang mirip kita, bisa dari Korea Selatan atau Afrika,” ujar Dhani dengan gaya khasnya.

Media Sosial Langsung “Overtime”

Netizen yang memang tak pernah absen dalam urusan seperti ini, langsung turun ke lapangan… eh, ke media sosial. Tak sampai beberapa menit, Twitter sudah penuh dengan komentar yang seru, layaknya sorakan di stadion. Salah satu warganet dengan nama @RakaNasyid, memberikan komentar tajam, “Sepak bola itu bukan kontes fisik, bro. Yang penting kan mainnya bagus, mau rambut pirang atau biru sekalipun. Kalau begini terus, kita bisa ketinggalan gol!”

Komentar ini langsung disambut bak umpan lambung yang pas, dengan warganet lain ikut menendang kritik. “Main bola itu soal skill, bukan soal penampilan, Mas Dhani. Kita butuh striker yang bisa cetak gol, bukan yang cocok tampil di cover majalah!” tambah akun @IniGueTauBanget dengan gaya sarkasnya.

Rasisme: Offside yang Sering Tidak Disadari

Sebenarnya, apa yang dikatakan Ahmad Dhani ini menyoroti masalah yang lebih besar di masyarakat kita: rasisme yang sering tidak disadari. Seperti offside yang luput dari mata wasit, rasisme kadang muncul begitu saja dalam bentuk candaan atau komentar ringan, tapi sebenarnya sudah melanggar aturan permainan. Banyak orang tidak sadar bahwa apa yang mereka katakan atau lakukan bisa menyakiti perasaan orang lain, hanya karena berbeda fisik atau ras.

Hal seperti ini bisa terjadi di berbagai aspek kehidupan, mulai dari candaan di tongkrongan, hingga percakapan serius di rapat resmi. Dan yang paling berbahaya, kebiasaan ini sering dianggap wajar, padahal sebenarnya sudah “kartu merah” dalam interaksi sosial yang sehat.

Generasi Muda: Pemain Kunci untuk Kalahkan Rasisme

Tapi, jangan khawatir! Anak muda Indonesia tidak tinggal diam. Mereka terus menunjukkan bahwa generasi ini lebih peduli tentang inklusivitas dan keberagaman. Lewat platform media sosial, banyak dari mereka mengingatkan bahwa rasisme, bahkan dalam bentuk terkecil sekalipun, harus segera dihentikan. Warganet muda kini menjadi pemain kunci dalam upaya mengubah pola pikir yang sudah tertanam lama di masyarakat.

Salah satu warganet, @FitriaLovers, menulis, “Indonesia itu kaya budaya, kita nggak butuh pemain bola yang seragam. Semua orang bisa jadi pahlawan di lapangan, terlepas dari mana asalnya. #NoToRacism #FootballForAll”

Pesan-pesan seperti ini menunjukkan bahwa anak muda semakin sadar bahwa sepak bola (dan dunia) adalah tentang kemampuan, kerja keras, dan kerjasama, bukan soal warna kulit atau asal negara. Justru, keberagaman adalah kekuatan yang membuat sebuah tim (dan bangsa) jadi lebih solid.

Solusi: Main Bersih dan Menghargai Keberagaman

Agar permainan hidup berjalan lebih lancar, kita harus mulai belajar main bersih. Sama seperti di lapangan bola, setiap tindakan dan ucapan kita di kehidupan sehari-hari bisa berdampak besar pada orang lain. Inklusivitas dan saling menghargai adalah nilai yang harus terus kita tanamkan dalam pergaulan, baik di dunia nyata maupun di media sosial.

Untuk itu, pendidikan inklusif dan kampanye anti-diskriminasi sangat penting. Sebab, sama seperti dalam sepak bola, keberagaman adalah kekuatan. Kita tidak bisa terus-menerus memainkan “tim yang seragam.” Butuh kerja sama dari semua jenis pemain untuk meraih kemenangan yang besar. Sepak bola adalah tempat di mana setiap orang, dari latar belakang manapun, bisa menjadi bintang.

Penutup: Sepak Bola adalah Tentang Kualitas, Bukan Penampilan

Pada akhirnya, perdebatan ini membawa kita pada satu kesimpulan: sepak bola, seperti juga hidup, adalah tentang kualitas, bukan penampilan. Siapapun bisa jadi pahlawan di lapangan, selama mereka memiliki keterampilan, semangat, dan dedikasi. Jadi, mari kita berhenti mempermasalahkan fisik dan fokus pada apa yang benar-benar penting—kemampuan!

Dan buat kalian, generasi muda, terus suarakan nilai-nilai inklusif ini. Karena kalianlah yang akan menjadi agen perubahan menuju Indonesia yang lebih adil dan beragam. Sepak bola untuk semua, tanpa diskriminasi!

Admin

RECENT POSTS

CATEGORIES

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *